Rabu, 16 Juli 2008

Sepi Hati

Silau pantai terbuai mimpi
Hening walau peluh tertetes senja
Perahu mendayung dalam tepian sunyi
Tiadakan pula kelembutan jiwa

Hitam.......hitam terselip dalam karang
Sentuh mati ajal kian datang
Matahari menangis termakan sepi
Bulan merengkuh hasrat luapan hati

Datnglah sepi,
temani sejenak kerinduan ini melawan hari
yang arogan dengan sejuta ceritanya

Jumat, 11 Juli 2008

Lihatlah awan yang selimuti hati
Melambung tak beriuh sarat damai sampai nanti
Teduhkan jiwa yang terlunta
Teduhkan mata yang silau menariknya harta
Sambutlah bulan yang menghangatkan malam
Tasik berbaur cahayanya saat matahari tenggelam
Berbintang,Berbinar kerlip semua
Menghantan dingin angin mengoyak sukma
Sepah terbuang tak berbekas
Mengoyak kalbu perih kelam
Singgung bahwa dunia teramat luas
Selingak laut yang teramat dalam

Hasut termakan angin menimba
Sebuah lafal yang terlupa,termakan usia
Hapuslah airmu wahai cinta sederas pilumu
Aku menunggu tanpa redanya hujan seumur hidupku

Sejenak dapatkah hilang
Pesona hidup sarat gemilang
Tersisa tanya kata percaya,
diakah cinta yang sebenarnya.............
Ku menangis oleh ketiadaan yang menemani
Tengarai oleh ketidakpastian seutas jawab
Terbang kesana betapa ingin
Rajut kawanan induk sarat kasih
Menyaksikan dunia yang biru peluh awan tersirak surya
Berkilau saat tergiur mendung
Tetes tuk mengalir
Mengalir tuk membasuh
Basah dalam kering yang panjang
Kering akan kata sayang yang kian dipertanyakan
Dalam hangatnya mentari
selalu menggerakkan daun-daunmu
Belantara membentang bagai tirai panghalang
Rumput yang bergerak tak membiasi bayang-bayang
Kemudian hijau itupun terasa sejuk
dengan cuat-cuat putih..
dan halusnya bungamu
menyimpan rasa haru pada catatan yang hilang
Angin malam Bersiul sedih membawa luka
kehidupan bulan dan belaian rindu dendam
Rindu yang kemudian menjalar
adalah lelah yang pernah ku buai
dengan lembutnya tubuh dan tanganmu ....
Angin membelai kita tuk berlagu,
tentang sepi yang menyergap kita
tentang secuil kisah tangis beriring tawa
dan Bunga rumput itupun menangis
ditelan sayupnya bulan.........

Senin, 07 Juli 2008

Dinginku
by:Ierha'one

Luruh sindiran riang mencuat
Menguak batin senyum yang tenggelam
Simpati terhenti,,,,,,
diam mengubur sesak ego merajam

Kiasan rasa beriak tahta sarat cibiran
Berlantun hati yang beku segumpal salju
Yang kian suci oleh setetes air itu

Dingin membasah penuh ragu
akrab akan sepetik nada uraian kata
dalam dan begitu bermakna
....................Cinta..............
LALU
Pelangiku resah,,,,membuai dingin telanjang rona.
Tanpa sifat segenggam hampa dalam sesak.
Terlepas hilang dalam gelap menyeruak
Bilakah santun sesaat,l
alu kian jenuh untuk lama
Lalukah tepiskan cahaya kita,,,,hanya drama sarat ego terjalar merajam
Lalu mulai perih,lalu pula kian terlunta
sentuh lembut alun laguku,,,,,
yang berlalu tanpa masa lalu.yang mencoba tuk mengubur masa lalu...............